Rabu, 25 Juli 2012

10 Paket Dibulan Ramadhan

Dalam kehidupan dimasyarakat banyak yang kurang memperhatikan betapa besarnya pahala dan faidah yang dapat diperoleh.

Berikut sepuluh paket dibulan ramadhan :

1.Shaum (Puasa) Ramadhan

Puasa adalah ibadah yang menjadi ‘primadona’ di Bulan Ramadhan. Ibadah inilah yang melekat erat dengan bulan Ramadhan, tak terpisahkan. Itulah kenapa, Ramadhan disebut juga sebagai Syahrush-shiyam (bulan puasa).

Di bulan Ramadhan, puasa menjadi Ibadah wajib bagi orang-orang yang beriman agar dapat meraih gelar taqwa.

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS.Al Baqarah:183)

Secara bahasa, puasa berasal dari kata shiyam yang berarti “menahan diri”. Secara syariat, puasa diartikan sebagai “Berpantang dari yang membatalkannya (puasa) dari sejak terbit fajar hingga tenggelamnya matahari  dengan niat untuk mendapatkan ridho Allah swt.”

Dengan demikian, tentu saja puasa menjadi paket yang bernilai sangat istimewa. Sebab kita tak hanya diwajibkan untuk menahan makan dan minum saja. Namun juga wajib bagi kita menahan diri dari segala hal yang dilarang oleh Allah swt.

2.Qiyam Ramadhan (Shalat Tarawih)

Salah satu cara menghidupkan malam agar kian bermakna adalah dengan mendirikan qiyamullail atau shalat malam. Nah, di bulan Ramadhan ini, shalat malam yang biasanya dilakukan sendiri di sepertiga malam terakhir, dimajukan menjadi selepas Isya dan dilakukan secara berjamaah. Kita mengenalnya dengan shalat Tarawih.

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan (shalat Tarawih) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR.Bukhari)

Tarawih adalah salah satu paket istimewa bagi kaum Muslimin di bulan Ramadhan. Selain ganjaran teramat istimewa yang Allah berikan, dengan melaksanakan Tarawih di bulan Ramadhan diharapkan menjadi kebiasaan bagi umat Islam untuk menjalankan shalat malam di bulan-bulan selain Ramadhan.

3.Tilawah (Membaca dan mentadabburi) Al Qur’an

Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia. Padanya diturunkan Alquran. Karena itu,  Ramadhan disebut pula dengan bulannya Al Qur'an (Syahrul Qur’an).

Momentum Ramadhan hendaknya menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk memperbanyak amal ibadah, termasuk membaca dan mengamalkan Al Qur'an.

Rasulullah saw bersabda:

“Puasa dan Al Qur'an akan memberikan syafaat kepada seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata, ”Wahai Tuhanku, aku telah menahannya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafaat kepadanya.” Sedangkan Al Qur'an berkata, ”Aku telah mencegahnya dari tidur malam, maka perkenankanlah aku memberikan syafaat kepadanya.” (HR Ahmad dan Al-Hakim)

Hadis di atas menjelaskan kepada kita bahwa Al Qur’an dapat memberikan syafaat. Sebab ia telah mencegah seorang hamba dari tidur malam untuk bercengkrama dengannya.

Al Qur'an adalah bacaan yang menjadi teman setia bagi orang-orang beriman di saat-saat menjalankan ibadah puasa.

Jika melihat sejarah salafus saleh dalam berinteraksi dengan Al Qur'an, akan didapati bahwa kita sangat jauh dibandingkan dengan mereka.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Imam Abu Hanifah dalam hidupnya mampu mengkhatamkan Al Qur'an sebanyak enam ribu kali. Utsman ibn Affan mampu mengkhatamkan Al Qur'an setiap harinya. Imam Syafii mengkhatamkan Al Qur'an selama Ramadhan sebanyak enam puluh kali. Imam Qatadah mengkhatamkan Al Qur'an setiap tujuh malam pada hari biasa dan setiap tiga malam pada bulan Ramadhan, sedangkan pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan beliau mengkhatamkan Al Qur'an setiap malam. Imam Ahmad mengkhatamkan Al Qur'an setiap pekannya.

4.Ifthar Shaimin (Memberi Makan Orang Yang Berpuasa)

Bulan Ramadhan adalah kesempatan terbaik untuk beramal. Dengan memberi sesuap nasi, secangkir teh, atau secuil kurma, itu pun bisa menjadi ladang pahala. Maka sudah sepantasnya kesempatan tersebut tidak terlewatkan.

Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala yang semisal orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun.” (HR. Tirmidzi)

Termasuk nikmat dari Allah swt atas hamba-hamba-Nya, Allah mensyariatkan tolong-menolong di atas kebaikan dan ketakwaan. Dan termasuk tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan ini adalah memberi makanan berbuka bagi orang yang sedang berpuasa, karena orang yang berpuasa diperintahkan untuk berbuka dan menyegerakan buka puasanya.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita untuk bersemangat memberikan makanan berbuka bagi orang-orang yang berpuasa dengan kadar semampunya. Terlebih lagi bersamaan dengan butuh dan fakirnya orang yang berpuasa tersebut, atau butuhnya mereka karena mereka tidak menemukan orang yang menyediakan makanan berbuka bagi mereka, atau keadaan lain yang menyerupai ini.

5.Al-Iktsar Fish Shadaqat wal Infaq (Memperbanyak Shadaqah dan Infaq)

Di bulan Ramadhan sangat dianjurkan untuk memperbanyak infaq dan shadaqah, memberi bantuan kepada fakir miskin, dan orang-orang yang membutuhkan, juga memberikan bantuan untuk sarana pembangunan agama, serta memberikan santunan kepada anak yatim.

Rasulullah saw bersabda:

"Seutama-utamanya shadaqah, adalah di bulan Ramadhan." (HR.Tirmidzi)

Allah swt memberikan ganjaran yang berlipat ganda atas shadaqah yang kita lakukan. Setiap keping yang kita nafkahkan dalam kebaikan, akan dilipat gandakan 700 kali lipat. Selain itu, shadaqah juga menjadi jalan  untuk memadamkan kesalahan kita, sebagaimana air memadamkan api.
Rasulullah saw bersabda:

“Puasa itu perisai, sedangkan shadaqah itu memadamkan kesalahan seperti air memadamkan api.” (HR.Tirmidzi)

6.Al-I’tikaf fil ‘Asyril Akhir (I’tikaf Sepuluh Hari Terakhir)

I'tikaf dalam pengertian bahasa berarti berdiam diri yakni tetap di atas sesuatu. Sedangkan dalam pengertian syari'ah agama, I'tikaf berarti berdiam diri di masjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk dikerjakan di setiap waktu dan diutamakan pada bulan suci Ramadhan, dan lebih dikhususkan sepuluh hari terakhir untuk mengharapkan datangnya Lailatul Qadr.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari” (HR.Bukhari)

Hukum melakukan i’tikaf adalah sunnah muakkad, artinya dikukuhkan pelaksanaannya oleh Rasulullah saw.

Rasulullah saw begitu bersemangat mengamalkannya. Itu berarti ibadah ini pasti sangat tinggi nilainya.

Alasan lainnya adalah pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, disebutkan oleh Rasulullah saw, akan tiba malam lailatul qadr atau malam kemuliaan, malam yang lebih baik nilainya dari seribu bulan.

7.Taharri Lailatil Qadr (Mengupayakan Lailatul Qadr Dengan Memperbanyak Ibadah)

Rasulullah saw bersabda,

"Sesungguhnya bulan yang mulia ini telah datang kepada kalian. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa terhalang dari mendapatkannya, niscaya telah terhalang dari mendapatkan seluruh kebaikan. Dan tiada orang yang terhalang dari mendapatkannya, kecuali orang-orang yang merugi." (HR. Ibnu Majah)

Lailatul Qadar itu ada hanya sekali dalam setahun, dan hanya khusus terdapat di bulan Ramadhan-nya serta hanya ada di sepuluh malam terakhirnya, tepatnya hanya satu hari saja dan tidak akan pernah berpindah harinya.

Namun, tidak ada satu orang manusia pun tahu Lailatul Qadr jatuh di malam yang mana dari sepuluh malam tersebut.

Namun dengan kesungguhan ibadah di bulan Ramadhan, terutama di sepuluh hari terakhirnya, mudah-mudahan kita dapat meraih Lailatul Qadr. Sebab Rasulullah saw telah mengisyaratkan agar kita mencarinya (Lailatul Qadr) di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dengan memperbanyak ibadah dan ketaatan kepada Allah swt.

8.Umrah fi Ramadhan (Umrah di Bulan Ramadhan)

“Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada seorang wanita dari kalangan Anshar, ‘Apa yang menghalangimu untuk haji bersama kami?’ Wanita itu menjawab, ‘Kami mempunyai onta yang kami pergunakan untuk mengairi. Lalu Abu Fulan menaikinya, begitu pula anak onta itu bagi istrinya dan anaknya, dan dia meninggalkan seekor unta agar dipergunakan untuk mengairi’. Beliau berkata, ‘Apabila datang bulan Ramadhan, maka umrahlah pada bulan itu, karena umrah pada bulan Ramadhan serupa dengan haji(HR.Bukhari-Muslim)

Wasiat ini diberikan Nabi saw karena di dalamnya terkandung keutamaan, khususnya pada bulan Ramadhan.

Umrah mempunyai pahala yang agung dan balasan yang melimpah. Ia dapat menghapus kesalahan yang pernah kita lakukan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Umrah hingga umrah berikutnya merupakan penebus kesalahan antara keduanya, dan haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga” (HR.Bukhari-Muslim)

Luar biasa bukan keutamaan Umrah di bulan Ramadhan. Tentu saja ibadah yang satu ini dikhususkan bagi kaum Muslimin yang mampu untuk melaksanakannya.

9.Al-Qital fi Sabilillah (Berperang di Jalan Allah)
Pembicaraan tentang bulan Ramadhan tidak lepas dari pembicaraan tentang jihad. Karena tidak sedikit jihad yang dilakukan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya dalam memerangi kekufuran dan kemusyrikan terjadi pada bulan Ramadhan.

Dan setelah beliau, para ulama salaf juga mengikuti jejak tersebut, bahkan hingga hari ini gelora jihad di bulan Ramadhan belum padam, dan tidak akan padam hingga hari kiamat kelak.

Rasulullah saw dan para sahabat tetap menjalankan kewajiban jihad fi sabîlillâh sekalipun saat itu adalah bulan Ramadhan. Pada saat mereka sedang ber¬puasa, di tengah panas terik, lapar dan dahaga, mereka rela menyabung nyawa untuk melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala:

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah…” (QS. At-Taubah: 41)

Selain itu, Rasulullah saw mengabarkan bahwa orang yang berpuasa dalam keadaan jihad fi sabîlillâh pasti dijauhkan dari api neraka sejauh-jauhnya.

Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Tidaklah seorang hamba berpuasa dalam satu hari dalam jihad fi sabîlillâh melainkan pada hari itu, Allah menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun.”

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Siapa saja yang shaum satu hari di dalam jihad fisabilillah niscaya Allah akan menjauhkan antara dia dan neraka dengan satu parit yang luasnya seluas langit dan bumi.” (HR. Ath-Thabarani)

Jika kemuliaan berjihad di bulan Ramadhan demikian besarnya, beruntunglah saudara-saudara kita yang sedang berjibaku di medan tempur di negeri-negeri mereka yang diserang oleh kaum kafir, seperti di Rohingya, Palestina, Afghanistan, dan Suriah!

Juga beruntunglah setiap penguasa yang tergerak hatinya, atas dasar iman dan kesungguhan mencari ridha Allah swt (imanan wahtisâban) yang rela mengirimkan tentara-tentara muslimin dari angkatan bersenjata yang mereka miliki untuk membebaskan kaum muslimin dan negeri-negeri mereka dari cengkeraman kaum kafir.  Sebab, sudah menjadi kewajiban penguasa muslim untuk menolong saudara-saudara mereka —sekalipun bukan warga negaranya— dari keganasan kaum kafir.

10.Zakatul Fitri (Mengeluarkan Zakat Fitrah)

Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam. Allah swt telah mewajibkan bagi setiap muslim untuk mengeluarkannya. Sebagaimana firman Allah swt,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS.Al Baqarah:277)

Zakat Fitrah adalah zakat yang ditunaikan khusus di bulan Ramadhan. Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan diri orang yang berpuasa dari perkataan kotor dan sia-sia, serta untuk memberi makan orang-orang miskin. Maka siapa yang melakukannya sebelum shalat ‘Id, itulah zakat yang diterima (maqbul). Sedang yang melakukannya setelah shalat ‘Id, maka itu disebut sebagai sekedar shadaqah.” (HR.Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Hakim)

Di antara sepuluh paket istimewa pada bulan Ramadhan di atas, paket ke-1 dan ke-10 merupakan paket wajib, yang harus dikerjakan setiap mukmin. Sementara paket-paket yang lain adalah paket pilihan, yang semakin banyak dan maksimal paket tersebut dikerjakan, maka semakin dekat kita dalam meraih hikmah shiyam, yakni meraih derajat taqwa. Wallahu’alam Bish Showwab.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar